BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
TB Paru atau yang lebih dikenal dengan Tuberkulosis
adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini pertama kali diidentifikasi oleh Robert Koch pada
tanggal 24 Maret 1882 yang kemudian diperingati sebagai Hari TB Dunia. Perkiraan
kasus TB secara Insidensnya sebesar 9,4
juta dan prevalensnya sebesar 14 juta. Dari hasil data WHO tahun 2009, lima
negara dengan insidens kasus terbanyak
yaitu India ( 1,6 – 2,4 juta), China (1,1 – 1,5 juta), Afrika Selatan
(0,4 – 0,59 juta), Nigeria (0,37-0,55 juta) dan Indonesia (0,35 – 0,52 juta).
India menyumbangkan kira – kira seperlima dari seluruh jumlah kasus di dunia (
PDPI). Prevalensi penyakit TB paru di
Indonesia pada tahun 2011 sebesar 289/100.000 penduduk, dan Insidensnya sebesar
189/100.000 penduduk serta angka kematian akibat penyakit TB paru mencapai
27/100.000 penduduk (Profil P2PL, Kemenkes, 2011). Prevalensi TB Paru Propinsi Jawa Barat
sebesar 81,11/100.000 penduduk, sedangkan kota Depok sebesar 54,42/100.000
penduduk (Kemenkes, Pudatin, 2011)
Dinas Kesehatan Kota Depok terdiri dari 32 Puskesmas,
dengan jumlah penduduk 1.737.276 jiwa. Misinya antara lain adalah meningkatkan
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Beberapa
penyakit yang menjadi prioritas pengendalian antara lain adalah penyakit Diare,
Kusta, Filariasis, Demam Berdarah dan TB Paru. Tentang penyakit TB paru
kegiatan yang dilakukan adalah penemuan kasus dan pengobatan penderita dengan
program pengobatan jangka pendek. Cara penemuan kasus adalah dengan melakukan
pemeriksaan terhadap tersangka TB paru yang sedang berobat di Puskesmas. Pada
tahun 2010 dilaporkan jumlah penderita TB paru BTA+ sebanyak 1.717
orang yang terdistribusi ke seluruh wilayah kelurahan (Profil Kesehatan Kota
Depok 2010). Sedangkan data yang diperoleh di Puskesmas Kecamatan Cimanggis
menunjukkan bahwa jumlah penderita di kelurahan Curug sebanyak 45 orang dan
kelurahan cisalak sebanyak 30 orang. Selama ini yang dilakukan pemeriksaan BTA +
adalah hanya penderita yang sudah kronis sedangkan keluarga penderita yang
kemungkinan telah tertular belum pernah dilakukan identifikasi dan pemeriksaan
secara laboratoris. Berdasarkan teori
bahwa penularan TB Paru disebabkan karena droplet infection ( percikan dahak
dari penderita) serta adanya faktor lingkungan dan perilaku penderita
memperparah kondisi penderita dan sebagai pemicu terjadinya penularan, dan
setiap penderita dapat menularkan kepada 10 – 15 orang/tahun (Agnes).
Berdasarkan teori tersebut dapat diduga bahwa ada anggota keluarga yang
tertular TB Paru. Karena belum pernah dilakukan identifikasi dan pemeriksaan
secara laboratoris terhadap anggota keluarga penderita TB paru maka tidak dapat
diketahui tentang besarnya proporsi penderita tertular TB Paru. Dengan adanya
penelitian ini maka bermanfaat bagi daerah atau pengelola program terkait untuk meningkatkan cakupan penemuan penderita
baru dan meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan program pengendalian
penyakit TB paru di wilayah kerjanya. Sehubungan dengan hal tersebut maka
peneliti akan mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan penderita TB Paru tertular di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota
Depok Tahun 2013.
B.
Perumusan
masalah
Penularan TB Paru kebanyakan disebabkan karena menghirup
droplet (percikan ludah) dari penderita Paru dengan BTA+. .Permasalahannya
adalah sampai saat ini belum pernah dilakukan identifikasi dan pemeriksaan
secara laboratoris terhadap anggota keluarga dari penderita TB Paru, sehingga
tidak diketahui secara tepat berapa besar proporsi dari penderita TB Paru yang
tertular.Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penderita TB Paru
tertular di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013.
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan penderita TB Paru tertular di Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Kota Depok Tahun 2013
2. Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui proporsi anggota keluarga
penderita TB Paru yang tertular TB
Paru di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013
b.
Mengetahui proporsi lingkungan fisik
(ventilasi, pencahayaan matahari,
kelembaban),
di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun
2013
c.
Mengetahui proporsi perilaku penderita TB paru (buang dahak,
batuk,
teman tidur sekamar)di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota
Depok
Tahun 2013
d.
Mengetahui hubungan penderita TB paru
tertular dengan faktor
lingkungan (ventilasi, pencahayaan matahari, kelembaban), di
Kelurahan
Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013
e.
Mengetahui hubungan penderita TB paru
tertular dengan faktor perilaku
penderita
TB paru (buang dahak, batuk, teman tidur
sekamar)di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013
D.
Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian ini adalah bidang epidemiologi dengan cakupan kesehatan
lingkungan masyarakat khususnya pengaruh lingkungan fisik rumah dan perilaku
terhadap terjadinya penularan penyakit TB paru pada anggota keluarganya di
Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Depok. Variabel penelitian adalah
penderita TB paru BTA +, lingkungan fisik (ventilasi, pencahayaan
matahari, kelembaban), dan perilaku (buang dahak, batuk, tidur sekamar)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
. A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien
Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup
oleh orang lain saat bernapas.(Widoyono,2008)
B. Gejala
Gejala
umum dari Tuberculosis paru adalah batuk terus menerus selama tiga minggu
lebih, mengeluarkan dahak bercampur darah, nyeri dada, sesak napas, cepat
lelah, demam serta berkeringat dingin di malam hari. Gejala umum ini merupakan
dasar dari upaya pencarian tersangka penderita yang dilaksanakan oleh
pemberantasan tuberkolusis paru di Indonesia (Depkes RI, 2002)
C. Riwayat Alamiah Penyakit
Secara umum
riwayat alamiah penyakit terdiri dari:
- Tahap prepatogenesis. Tahap
prepatogenesis Tb paru terjadi saat individu berinteraksi dengan penderita
Tb paru positif yang sangat menular. Pada saat penderita Tb paru positif
menyebarkan dahak yang mengandung
kuman BTA ke udara, maka individu tersebut dapat menghirup kuman
BTA hingga mencapai paru-paru.
- Tahap
patogenesis.
Dalam tahap ini dibagi dalam empat tahap yaitu (Benenson, 1990):
1) Tahap inkubasi. Masa inkubasi Tb
paru adalah 4-12 minggu. Pada tahap ini terjadi reaksi daya tahan tubuh untuk
menghentikan perkembangan kuman BTA. Walaupun terdapat reaksi daya tahan tubuh,
namun ada sebagian BTA yang menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Apabila daya tahan
tubuh tidak dapat menghentikan perkembangan kuman, maka dalam beberapa bulan
akan menjadi penderita Tb paru dan memberikan gejala.
2) Tahap penyakit dini. Tahap ini
dimulai saat penderita mengalami gejala awal penyakit, yang biasanya
dikarenakan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh, sehingga pada tahap ini
terjadi kerusakan paru secara luas dan terjadinya kavitasi atau pleura.
3) Tahap penyakit lanjut. Pada tahap
ini, penderita Tb paru dapat mengalami komplikasi seperti perdarahan saluran
nafas bawah yang dapat menyebabkan kematian, kolaps dari lobus akibat retraksi
bronkial, pelebaran bronkus dan pembentukan jaringan ikat, adanya udara di
dalam rongga pleura, penyebaran infeksi pada organ lain seperti otak, tulang,
persendian dan ginjal, dan dapat juga terjadi insufisiensi kardio pulmoner.
4) Tahap akhir penyakit. Pada tahap
akhir penyakit, penderita Tb paru dapat menjadi sembuh atau meninggal.
Penderita Tb paru dapat sembuh apabila penyakit yang dialami tidak sampai pada
tahap penyakit lanjut atau terjadi komplikasi. Penderita juga dapat sembuh
apabila dilakukan pengobatan Tb paru yang sesuai. Kematian dapat terjadi bila
terdapat komplikasi atau penderita tidak melaksanakan pengobatan yang telah
dianjurkan.
Penderita Tb paru yang tidak
diobati setelah 5 tahun, maka 50% dari penderita Tb paru akan meninggal, 25%
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% sebagai “kasus
tropik” yang tetap menular (WHO, 1996).
D. Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, penderita mengeluarkan bakteri ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung bakteri dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak ditemukan bakteri) maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TB dewasa yang tinggal satu rumah. Meningkatnya
penularan infeksi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, antara lain kondisi
sosial ekonomi yang buruk, fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang belum
optimal, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan
adanya epidemi dari infeksi HIV.
E.
Faktor Lingkungan
1. Pencahayaan
Pencahayaan yang dimaksud
adalah intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela,
celah-celah, dan bagian-bagian bangunan yang terbuka Bakteri M.tuberculosis
mudah mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat
dormant, yaitu tertidur lama selama beberapa tahun. Sinar matahari berperan secara langsung dalam
mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan rumah,
dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan di dalam suatu ruangan rumah
terutama ruangan tidur, khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat
perkembang biakan kuman tuberkulosis dan kuman penyakit lainnya.
Telah dapat dibuktikan bahwa banyak jenis
parasit dapat dimatikan, jika parasit tersebut mendapat sinar matahari secara
langsung, seperti kuman Tuberkulosis (Azwar. 1986).
Cara dalam mengupayakan masuknya sinar matahari
ke ruangan rumah, dapat dilakukan dengan membuat jendela kaca, pintu kaca,
dinding kaca dan genteng kaca. Pencahayaan yang baik adalah terang dan tidak
silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (Depkes, 2002).
2.
Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian dalam
satu rumah tempat tinggal mempengaruhi proses penulan penyakit. Semakin padat
maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan
semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita TB
dengan BTA positif. Kepadatan hunian yang ditetapkan Depkes (2000), yaitu rasio
luas lantai seluruh ruangan dibagi jumlah penghuni minimal 10 m2/orang. Luas
kamar tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih 2 orang dalam
satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur
5 tahun. Di daerah perkotaan yang lebih padat penduduknya dibandingkan
pedesaan memungkinkan peluang terjadinya kontak dengan penderita TB lebih
besar.
3. Ventilasi
Ventilasi adalah lubang
yang digunakan untuk pertukaran udara.
Udara di dalam rumah perlu diganti agar terjaga kesegaran dan
kenyamanannya, serta dapat terhindar dari kuman penyebab penyakit. Udara segar diperlukan
untuk menjaga temperatur dan kelembaban dalam ruangan.
Ventilasi yang baik dalam
ruangan harus mempunyai syarat antara lain :
a. Luas lubang ventilasi
tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang
ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5 %. Jumlah keduanya
menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
b. Udara yang masuk harus
bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot,
debu dan lain-lain.
c. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan
lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini harus
terhindar dari barang-barang berukuran besar, seperti lemari, dinding penyekat,
dan lain-lain.
F.
Faktor
perilaku
Factor
perilaku terjadinya penularan penyakit TB paru (Depkes, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Kebiasaan
tidur penderita bersama sama dengan anggota keluarga
b. Tidak
menjemur kasur secara berkala
c. Kebiasaan
membuang ludah sembarangan
d. Kebiasaan
tidak pernah membuka jendela kamar tidur
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
crossectional studi yaitu suatu studi untuk memperoleh gambaran tentang
kejadian penyakit TB paru yang tertular oleh anggota keluarga yang sedang
menderita penyakit TB paru.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis,
Depok.
C. Populasi dan sampel
Sebagai populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah penderita TB Paru dengan BTA+
yang terdaftar sebagai peserta program pengobatan TB Paru di Puskesmas
Cimanggis dan anggota keluarganya.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita TB Paru yang terdaftar dalam program pengobatan TB Paru di Puskesmas
Cimanggis dan berdomisili di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis dan satu
anggota keluarganya yang mempunyai risiko tertular TB paru (yang tidur sekamar
dengan penderita atau yang mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru) dengan
cara melakukan pemeriksaan sputum di laboratorium dan melakukan pengamatan
terhadap kondisi lingkungan rumah penderita.
D. Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Pengumpulan
data primer dilakukan dengan melakukan pemeriksaan sputum tersangka TB Paru
tertular dan observasi lingkungan rumah dan perilaku penderita TB paru BTA
positif.
2.
Data Sekunder
Data
sekunder diperoleh dari laporan Pemeriksaan TB Paru BTA positif
E.
Pengolahan Data
Pengolahan
data dilakukan secara manual dan menggunakan computer melalui program SPSS
F.
Analisis Data
1.
Analisis Univariat
Analisis
dilakukan secara deskriptif dari masing-masing variable dengan tabel distribusi
frekuensi
2.
Analisis Bivariat
Analisis
Bivariat untuk melihat hubungan antara variable dependent dan independent
dengan uji statististik Chi square.
G. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah data diolah
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabel analisis hubungan
antara variable.
BAB IV
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Variabel variabel yang berkaitan dengan
proporsi penderita TB Paru tertular,
secara teoritis dapat digambarkan sebagai berikut
Penderita
TB Paru
Tertular
|
Penderita
TB Paru
|
-
Lingkungan Fisik
-
Ventilasi
-
Pencahayaan matahari
-
kelembaban
|
-
Perilaku
¼
- Buang dahak
¼
- Batuk
¼ - Teman Tidur sekamar atau yang
mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru
|
Tertular
|
-
Tidak tertular
|
B. Definisi
Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Opersional
|
Alat ukur
|
Hasil ukur
|
1
|
Penderita
TB paru tertular
|
Anggota
keluarga dari penderita TB Paru dengan BTA+ yang dinyatakan
berdasarkan pemeriksaan sputum sewaktu, pagi dan sewaktu.
a.
Tertular, apabila hasil pemeriksaan sputum BTApositif
b.
Tidak tertular, apabila hasil pemeriksaan sputum BTA negatif
|
Mikroskope
dan slide BTA
|
a.
BTA positif (Tertular)
b.
BTA negative (Tidak tertular)
|
2.
|
Penderita TB Paru
|
Penderita yang berdasarkan
pemeriksaan laboratorium BTA+ dan telah menjalani program
pengobatan TB paru di Puskesmas
a.
Penderita TB Paru apabila hasil pemeriksaan sputum BTA
positif
b.
Tidak menderita TB Paru apabila hasil pemeriksaan
sputum BTA negatif
|
Mikroskope
dan slide BTA
|
a.
BTA positif
b.
BTA negatif
|
3
|
Ventilasi
|
Lubang udara selain jendela yang
terdapat di kamar tidur penderita TB Paru
a.
Memenuhi Syarat bila > 10 % dari luas lantai kamar
tidur penderita TB Paru
b.
Tidak Memenuhi Syarat bila < 10 % dari luas lantai
kamar tidur penderita TB Paru
|
a.
Meteran
b.
Lembar peng-amatan
|
a.
Memenuhi Syarat
b.
Tidak Memenuhi Syarat
|
4
|
Pencahayaan
matahari
|
Cahaya
matahari yang masuk ke kamar penderita TB Paru
a.
Memenuhi Syarat bila ada cahaya matahari masuk kamar
tidur penderita
b.
Tidak Memenuhi Syarat bila ada cahaya matahari masuk
kamar tidur penderita
|
Lembar pengamat-an
|
a.
Memenuhi syarat
b.
Tidak memenuhi syarat
|
5
|
Kelembaban
|
Kondisi
tingkat kelembaban di kamar tidur penderita TB paru
a.
Memenuhi bila kelembaban kamar tidur penderita TB paru
antara 40% - 70%
b.
Tidak memenuhi Syarat bila kelembaban kamar tidur
penderita TB Paru < 40 % dan >70 %
|
a.Hygrometer
b. Lembar
pengamatan
|
|
6
|
Buang
dahak
|
Perilaku
cara penderita TB paru membuang dahak.
a.
Memenuhi Syarat apabila dahak dibuang pada tempatnya
b.
Tidak Memenuhi Syarat apabila dahak dibuang sembarangan
|
Lembar
pengamat-an
|
a.
Memenuhi Syarat
b.
Tidak memenuhi syarat
|
7
|
Batuk
|
Perilaku
penderita TB paru pada saat batuk
a.
Memenuhi Syarat apabila pada waktu batuk penderita
menutup mulut
b.
Tidak memenuhi syarat apabila pada waktu batuk
penderita tidak menutup mulutnya.
|
Lembar
pengamat-an
|
a.
Memenuhi syarat
b.
Tidak memenuhi syarat
|
8
|
Teman
Tidur sekamar atau yang mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru
|
Anggota
keluarga yang tidur sekamar dengan penderita TB Paru
a.
Ada, apabila ada anggota keluarga yang tidur
sekamar dengan penderita TB paru atau yang mempunyai gejala gejala
sebagai tersangka TB Paru
b.
Tidak ada, apabila tidak ada anggota kelurga yang tidur
sekamar dengan penderita TB paru atau yang tidak mempunyai gejala gejala
sebagai tersangka TB Paru
|
Lembar
pengamat-an(chek list)
|
a.
Ada
b.
Tidak ada
|
BAB V
RENCANA PENYAJIAN DATA
Tabel 1
PROPORSI PENDERITA TB
PARU BTA+ BERDASARKAN JENIS
KELAMIN, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
JENIS KELAMIN
|
JUMLAH
|
PROSENTASE (%)
|
1
|
LAKI-LAKI
|
|
|
2
|
PEREMPUAN
|
|
|
Tabel 2
PROPORSI PENDERITA TB PARU BTA+ BERDASARKAN GOLONGAN UMUR, DI KELURAHAN
CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
GOL UMUR
|
JUMLAH
|
PROSENTASE (%)
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
Tabel 3
PROPORSI PENDERITA TB
PARU BTA+ BERDASARKAN WILAYAH
RUKUN WARGA, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
RUKUN WARGA
|
JUMLAH
|
PROSENTASE (%)
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
Tabel 4
PROPORSI PENDERITA TB
PARU BTA+ TERTULAR
BERDASARKAN JENIS KELAMIN, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
JENIS KELAMIN
|
TERTULAR
|
TIDAK TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
LAKI-LAKI
|
|
|
|
|
2
|
PEREMPUAN
|
|
|
|
|
Tabel 5
PROPORSI PENDERITA TB
PARU BTA+ TERTULAR
BERDASARKAN GOLONGAN UMUR, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
GOL UMUR
|
TERTULAR
|
TIDAK TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
Tabel 6
PROPORSI PENDERITA TB PARU BTA+ TERTULAR BERDASRKAN RUKUN WARGA DI KELURAHAN
CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
RUKUN WARGA
|
TERTULAR
|
TIDAK TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
Tabel 7
HUBUNGAN KONDISI
VENTILASI DI KAMAR PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN KEJADIAN PENDERITA
TERTULAR DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN
CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
KONDISI VENTILASI
|
TERTULAR
|
TIDAK TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
TIDAK
MEMENUHI SYARAT
|
|
|
|
|
2
|
MEMENUHI
SYARAT
|
|
|
|
|
Tabel 8
HUBUNGAN KONDISI
PENCAHAYAAN MATAHARI DI KAMAR PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN KEJADIAN
PENDERITA TERTULAR DI KELURAHAN CURUG,
KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
KONDISI PENCAHAYAAN MATAHARI
|
TERTULAR
|
TIDAK
TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
TIDAK
MEMENUHI SYARAT
|
|
|
|
|
2
|
MEMENUHI
SYARAT
|
|
|
|
|
Tabel 9
HUBUNGAN KONDISI
KELEMBABAN DI KAMAR PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN KEJADIAN PENDERITA
TERTULAR DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN
CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
KONDISI KELEMBABAN
|
TERTULAR
|
TIDAK TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
TIDAK
MEMENUHI SYARAT
|
|
|
|
|
2
|
MEMENUHI
SYARAT
|
|
|
|
|
Tabel 10
HUBUNGAN PERILAKU BUANG
DAHAK PENDERITA TB PARU BTA+ DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI KELURAHAN
CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
PERILAKU
BUANG DAHAK
|
TERTULAR
|
TIDAK
TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
TIDAK
MEMENUHI SYARAT
|
|
|
|
|
2
|
MEMENUHI
SYARAT
|
|
|
|
|
Tabel 11
HUBUNGAN PERILAKU
BATUK PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN
KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI KELURAHAN
CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
PERILAKU
BATUK
|
TERTULAR
|
TIDAK TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
TIDAK
MEMENUHI SYARAT
|
|
|
|
|
2
|
MEMENUHI
SYARAT
|
|
|
|
|
Tabel 12
HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU BTA+ TIDUR SEKAMAR DENGAN KEJADIAN PENDERITA
TERTULAR DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN
CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
|
PERILAKU TIDUR
SEKAMAR
|
TERTULAR
|
TIDAK
TERTULAR
|
||
JUMLAH
|
%
|
JUMLAH
|
%
|
||
1
|
ADA
|
|
|
|
|
2
|
TIDAK
ADA
|
|
|
|
|
Lampiran 1
Rencana Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan
|
Nopember
|
Desember
|
Januari
|
Pebruari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
1. Pembuatan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. Seleksi Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Penjajagan lokasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. Pelaksanaan pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Pelaksanaan pengambilan sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. Pemeriksaan sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8. Pembuatan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9. Seminar hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10. Perbaikan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11. Penyerahan Laporan Akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12. Publikasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lampiran 2
Rencana
Anggaran
Ringkasan
|
|
SEKRETARIAT
|
||
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
|
|
Honor Peneliti
3 org x 8 jam x10 hari x Rp 27.500,-
Honor teknisi
6 org x 8 jam x 8 hari x Rp 15.000,-
Bahan:
Pot Sputum :
150 buah x Rp 3.000,-
Pengiriman sampel
45 org x Rp 100.000,-
Pemeriksaan Laboratorium
135
Sampel x Rp 25.000,-
Labelisasi :
Survey Pendahuluan
A. Peneliti
1 Transport 3 org x 2 hr x 100.000
2.Akomodasi : 3 org X 2 hr X Rp 100.000
B. Teknisi
1 Transport 3 org x 2 hr x 75.000
2.Akomodasi : 3 org X 2 hr X Rp 100.000
Pelaksanaan Penelitian
A.
Peneliti
1 Transport 3 org x 5 hr x 100.000
2.Akomodasi : 3 org X 5 hr X Rp 100.000
B. Teknisi
1 Transport 3 org x 5 hr x 75.000
2.Akomodasi : 3 org X 5 hr X Rp 100.000
Akomodasi kader kesling
5 org x 5 hari x
Rp 50.000
Sovenir
45 org x Rp 50.000,-
Lain-lain
1. ATK
dan Publikasi
|
|
Rp.6.600.000
Rp.2.880.000
Rp.
450.000
Rp 4.500.000
Rp 3.375.000.
Rp.
100.000
Rp.
600.000
Rp.
600.000
Rp.
450.000
Rp.
600.000
Rp.. 1.500.000
Rp.
1.500.000
Rp. 1.125.000
Rp. 1.500.000
Rp
1.250.000
Rp
2.250.000
Rp. 2.000.000
|
|
|
Total
|
|
Rp.31.405.000
|
|
|
Lampiran 3
LEMBAR PENGAMATAN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI
KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
I. DATA
UMUM
1.
Nama
penderita : ………………………….. Umur : ……tahun.
2. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
3. Pekerjaan :
a. PNS
b. TNI
c. Buruh kasar
d. Wirausaha
e. Swasta
4. Alamat :
Rt……/ RW……
II.
DATA KHUSUS
1. Perilaku Batuk :
a. Tidak menutup mulut
b. Menutup mulut
2. Perilaku buang dahak :
a. Dibuang sembarangan
b. Dibuang pada tempatnya
3. Nama teman tidur sekamar : …………………
4. Nama kelurga yang mempunyai gejala
batuk-batuk : ………………….
a. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
b. Umur :
……….tahun.
III.
DATA LINGKUNGAN :
1. Ukuran ventilasi kamar :
a. 10 % dari luas lantai.
b. < 10 % dari luas lantai.
2. Cahaya matahari
a. Masuk kedalam kamar tidur
b. Tidak masuk kedalam kamar tidur
3. Kelembaban kamar tidur
a. 40 – 70 %
b. < 40 %
Depok,…………….2013
Pengamat,
……………………………..
Nama terang (lengkap)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas
Kesehatan Kota Depok, Profil Kesehatan Kota Depok, 2010
2. Nur
Nasri Noor, Epidemiologi Penyakit
Menular, 2002
3. Departemen
Kesehatan RI, Prosedur Kerja Surveilans Faktor Risiko Penyakit Menular Dalam
Intensifikasi Pemberantasan penyakit Menular Berbasis Wilayah, 2003
4. Departemen
Kesehatan R.I, Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya, Jakarta
1996
6.
Kementerian Kesehatan RI, Pusat Data dan
Informasi, Profil Kesehatan 2011
7.
Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor
829/Menkes/SK/VII/1999, Persyaratan Kesehatan Perumahan, 1999.
8.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Pedoman
Diagnosis dan penatalaksanaan Tuberkulosis Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar