Kamis, 30 Mei 2013

SENAT JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES JAKARTA II


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDERITA TB PARU TERTULAR DI KELURAHAN CURUG KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

TB Paru atau yang lebih dikenal dengan Tuberkulosis adalah penyakit infeksi  menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pertama kali diidentifikasi oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882 yang kemudian diperingati sebagai Hari TB Dunia. Perkiraan kasus TB secara  Insidensnya sebesar 9,4 juta dan prevalensnya sebesar 14 juta. Dari hasil data WHO tahun 2009, lima negara dengan insidens kasus terbanyak  yaitu India ( 1,6 – 2,4 juta), China (1,1 – 1,5 juta), Afrika Selatan (0,4 – 0,59 juta), Nigeria (0,37-0,55 juta) dan Indonesia (0,35 – 0,52 juta). India menyumbangkan kira – kira seperlima dari seluruh jumlah kasus di dunia ( PDPI).  Prevalensi penyakit TB paru di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 289/100.000 penduduk, dan Insidensnya sebesar 189/100.000 penduduk serta angka kematian akibat penyakit TB paru mencapai 27/100.000 penduduk (Profil P2PL, Kemenkes, 2011).  Prevalensi TB Paru Propinsi Jawa Barat sebesar 81,11/100.000 penduduk, sedangkan kota Depok sebesar 54,42/100.000 penduduk (Kemenkes, Pudatin, 2011)
Dinas Kesehatan Kota Depok terdiri dari 32 Puskesmas, dengan jumlah penduduk 1.737.276 jiwa. Misinya antara lain adalah meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Beberapa penyakit yang menjadi prioritas pengendalian antara lain adalah penyakit Diare, Kusta, Filariasis, Demam Berdarah dan TB Paru. Tentang penyakit TB paru kegiatan yang dilakukan adalah penemuan kasus dan pengobatan penderita dengan program pengobatan jangka pendek. Cara penemuan kasus adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap tersangka TB paru yang sedang berobat di Puskesmas. Pada tahun 2010 dilaporkan jumlah penderita TB paru BTA+  sebanyak 1.717 orang yang terdistribusi ke seluruh wilayah kelurahan (Profil Kesehatan Kota Depok 2010). Sedangkan data yang diperoleh di Puskesmas Kecamatan Cimanggis menunjukkan bahwa jumlah penderita di kelurahan Curug sebanyak 45 orang dan kelurahan cisalak sebanyak 30 orang. Selama ini yang dilakukan pemeriksaan BTA + adalah hanya penderita yang sudah kronis sedangkan keluarga penderita yang kemungkinan telah tertular belum pernah dilakukan identifikasi dan pemeriksaan secara laboratoris.  Berdasarkan teori bahwa penularan TB Paru disebabkan karena droplet infection ( percikan dahak dari penderita) serta adanya faktor lingkungan dan perilaku penderita memperparah kondisi penderita dan sebagai pemicu terjadinya penularan, dan setiap penderita dapat menularkan kepada 10 – 15 orang/tahun (Agnes). Berdasarkan teori tersebut dapat diduga bahwa ada anggota keluarga yang tertular TB Paru. Karena belum pernah dilakukan identifikasi dan pemeriksaan secara laboratoris terhadap anggota keluarga penderita TB paru maka tidak dapat diketahui tentang besarnya proporsi penderita tertular TB Paru. Dengan adanya penelitian ini maka bermanfaat bagi daerah atau pengelola program terkait  untuk meningkatkan cakupan penemuan penderita baru dan meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan program pengendalian penyakit TB paru di wilayah kerjanya. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti akan mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penderita TB Paru tertular di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013.

B.   Perumusan masalah

Penularan TB Paru kebanyakan disebabkan karena menghirup droplet (percikan ludah) dari penderita Paru dengan BTA+. .Permasalahannya adalah sampai saat ini belum pernah dilakukan identifikasi dan pemeriksaan secara laboratoris terhadap anggota keluarga dari penderita TB Paru, sehingga tidak diketahui secara tepat berapa besar proporsi dari penderita TB Paru yang tertular.Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penderita TB Paru tertular di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013.



C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penderita TB Paru tertular di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013

2.    Tujuan Khusus
a.            Mengetahui proporsi anggota keluarga penderita TB Paru yang tertular TB 
    Paru di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013
b.            Mengetahui proporsi lingkungan fisik (ventilasi, pencahayaan matahari,   
kelembaban), di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013
c.            Mengetahui proporsi  perilaku penderita TB paru (buang dahak, batuk,    
           teman tidur sekamar)di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota  
           Depok Tahun 2013
d.            Mengetahui hubungan penderita TB paru tertular dengan faktor
           lingkungan   (ventilasi, pencahayaan matahari,   kelembaban), di  
           Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013
e.            Mengetahui hubungan penderita TB paru tertular dengan faktor perilaku
penderita TB paru (buang dahak, batuk, teman  tidur sekamar)di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2013

D.   Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang epidemiologi dengan cakupan kesehatan lingkungan masyarakat khususnya pengaruh lingkungan fisik rumah dan perilaku terhadap terjadinya penularan penyakit TB paru pada anggota keluarganya di Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Depok. Variabel penelitian adalah penderita TB paru BTA +, lingkungan fisik (ventilasi, pencahayaan matahari, kelembaban), dan perilaku (buang dahak, batuk, tidur sekamar)















































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

. A. Pengertian
        Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas.(Widoyono,2008)

B.  Gejala
     Gejala umum dari Tuberculosis paru adalah batuk terus menerus selama tiga minggu lebih, mengeluarkan dahak bercampur darah, nyeri dada, sesak napas, cepat lelah, demam serta berkeringat dingin di malam hari. Gejala umum ini merupakan dasar dari upaya pencarian tersangka penderita yang dilaksanakan oleh pemberantasan tuberkolusis paru di Indonesia (Depkes RI, 2002)

C. Riwayat Alamiah Penyakit
Secara umum riwayat alamiah penyakit terdiri dari:
  1. Tahap prepatogenesis. Tahap prepatogenesis Tb paru terjadi saat individu berinteraksi dengan penderita Tb paru positif yang sangat menular. Pada saat penderita Tb paru positif menyebarkan dahak yang mengandung  kuman BTA ke udara, maka individu tersebut dapat menghirup kuman BTA hingga mencapai paru-paru.
  2. Tahap patogenesis. Dalam tahap ini dibagi dalam empat tahap yaitu (Benenson, 1990):
1)      Tahap inkubasi. Masa inkubasi Tb paru adalah 4-12 minggu. Pada tahap ini terjadi reaksi daya tahan tubuh untuk menghentikan perkembangan kuman BTA. Walaupun terdapat reaksi daya tahan tubuh, namun ada sebagian BTA yang menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Apabila daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembangan kuman, maka dalam beberapa bulan akan menjadi penderita Tb paru dan memberikan gejala.

2)      Tahap penyakit dini. Tahap ini dimulai saat penderita mengalami gejala awal penyakit, yang biasanya dikarenakan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh, sehingga pada tahap ini terjadi kerusakan paru secara luas dan terjadinya kavitasi atau pleura.

3)      Tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini, penderita Tb paru dapat mengalami komplikasi seperti perdarahan saluran nafas bawah yang dapat menyebabkan kematian, kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial, pelebaran bronkus dan pembentukan jaringan ikat, adanya udara di dalam rongga pleura, penyebaran infeksi pada organ lain seperti otak, tulang, persendian dan ginjal, dan dapat juga terjadi insufisiensi kardio pulmoner.

4)      Tahap akhir penyakit. Pada tahap akhir penyakit, penderita Tb paru dapat menjadi sembuh atau meninggal. Penderita Tb paru dapat sembuh apabila penyakit yang dialami tidak sampai pada tahap penyakit lanjut atau terjadi komplikasi. Penderita juga dapat sembuh apabila dilakukan pengobatan Tb paru yang sesuai. Kematian dapat terjadi bila terdapat komplikasi atau penderita tidak melaksanakan pengobatan yang telah dianjurkan.
     Penderita Tb paru yang tidak diobati setelah 5 tahun, maka 50% dari penderita Tb paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% sebagai “kasus tropik” yang tetap menular (WHO, 1996).

D.  Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita mengeluarkan bakteri ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung bakteri dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak ditemukan bakteri) maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa yang tinggal satu rumah. Meningkatnya penularan infeksi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, antara lain kondisi sosial ekonomi yang buruk, fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang belum optimal, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan adanya epidemi dari infeksi HIV.

E.   Faktor Lingkungan
1.    Pencahayaan
Pencahayaan yang dimaksud adalah intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela, celah-celah, dan bagian-bagian bangunan yang terbuka Bakteri M.tuberculosis mudah mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat dormant, yaitu tertidur lama selama beberapa tahun. Sinar matahari berperan secara langsung dalam mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan rumah, dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan di dalam suatu ruangan rumah terutama ruangan tidur, khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembang biakan kuman tuberkulosis dan kuman penyakit lainnya.
Telah dapat dibuktikan bahwa banyak jenis parasit dapat dimatikan, jika parasit tersebut mendapat sinar matahari secara langsung, seperti kuman Tuberkulosis (Azwar. 1986).
Cara dalam mengupayakan masuknya sinar matahari ke ruangan rumah, dapat dilakukan dengan membuat jendela kaca, pintu kaca, dinding kaca dan genteng kaca. Pencahayaan yang baik adalah terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (Depkes, 2002).


2.    Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian dalam satu rumah tempat tinggal mempengaruhi proses penulan penyakit. Semakin padat maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita TB dengan BTA positif. Kepadatan hunian yang ditetapkan Depkes (2000), yaitu rasio luas lantai seluruh ruangan dibagi jumlah penghuni minimal 10 m2/orang. Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur  5 tahun. Di daerah perkotaan yang lebih padat penduduknya dibandingkan pedesaan memungkinkan peluang terjadinya kontak dengan penderita TB lebih besar. 

3.    Ventilasi
Ventilasi adalah lubang yang digunakan untuk pertukaran udara.  Udara di dalam rumah perlu diganti agar terjaga kesegaran dan kenyamanannya, serta dapat terhindar dari kuman penyebab penyakit. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban dalam ruangan.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat antara lain :
a.    Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5 %. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
b.    Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot, debu dan lain-lain.
c.    Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini harus terhindar dari barang-barang berukuran besar, seperti lemari, dinding penyekat, dan lain-lain.

F.    Faktor perilaku
Factor perilaku terjadinya penularan penyakit TB paru  (Depkes, 2000) adalah sebagai berikut :
a.    Kebiasaan tidur penderita bersama sama dengan anggota keluarga
b.    Tidak menjemur kasur secara berkala
c.    Kebiasaan membuang ludah sembarangan
d.    Kebiasaan tidak pernah membuka jendela kamar tidur












































BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.   Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah crossectional studi yaitu suatu studi untuk memperoleh gambaran tentang kejadian penyakit TB paru yang tertular oleh anggota keluarga yang sedang menderita penyakit TB paru.

B.   Lokasi Penelitian
     Lokasi penelitian adalah  di kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis, Depok.

C.   Populasi dan sampel
Sebagai populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah  penderita TB Paru dengan BTA+ yang terdaftar sebagai peserta program pengobatan TB Paru di Puskesmas Cimanggis dan anggota keluarganya.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang terdaftar dalam program pengobatan TB Paru di Puskesmas Cimanggis dan berdomisili di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis dan satu anggota keluarganya yang mempunyai risiko tertular TB paru (yang tidur sekamar dengan penderita atau yang mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru) dengan cara melakukan pemeriksaan sputum di laboratorium dan melakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan rumah penderita.

D.   Pengumpulan Data
1.    Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan pemeriksaan sputum tersangka TB Paru tertular dan observasi lingkungan rumah dan perilaku penderita TB paru BTA positif.

2.    Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan Pemeriksaan TB Paru BTA positif


E.   Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan computer melalui program SPSS

F.    Analisis Data
1.    Analisis Univariat
Analisis dilakukan secara deskriptif dari masing-masing variable dengan tabel distribusi frekuensi

2.    Analisis Bivariat
Analisis Bivariat untuk melihat hubungan antara variable dependent dan independent dengan uji statististik Chi square.

G.   Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabel analisis hubungan antara variable.



























BAB IV
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A.   Kerangka  Konsep

      Variabel variabel yang berkaitan dengan proporsi penderita TB Paru tertular,  secara teoritis dapat digambarkan sebagai berikut

Penderita
TB Paru
Tertular




Penderita
TB Paru
-          Lingkungan Fisik
-          Ventilasi
-          Pencahayaan matahari
-          kelembaban

-          Perilaku
¼    - Buang dahak
¼   - Batuk
¼     - Teman Tidur       sekamar atau yang mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru

Tertular


-          Tidak tertular

 























B.   Definisi Operasional

No
Variabel
Definisi Opersional
Alat ukur
Hasil ukur

1

Penderita TB paru tertular

Anggota keluarga dari penderita TB Paru dengan BTA+ yang dinyatakan berdasarkan pemeriksaan sputum sewaktu, pagi dan sewaktu.
a.     Tertular, apabila hasil pemeriksaan sputum  BTApositif
b.    Tidak tertular, apabila hasil pemeriksaan sputum  BTA negatif


Mikroskope dan slide BTA

a.  BTA positif (Tertular)
b. BTA negative (Tidak tertular)

2.

Penderita TB Paru

Penderita yang berdasarkan pemeriksaan laboratorium BTA+ dan telah menjalani program pengobatan TB paru di Puskesmas
a.     Penderita TB Paru apabila hasil pemeriksaan sputum BTA positif
b.    Tidak menderita TB Paru apabila hasil pemeriksaan sputum BTA negatif

Mikroskope dan slide BTA

a.     BTA positif
b.    BTA negatif

3

Ventilasi

Lubang udara selain jendela yang terdapat di kamar tidur penderita TB Paru
a.     Memenuhi Syarat bila > 10 % dari luas lantai kamar tidur penderita TB Paru
b.    Tidak Memenuhi Syarat bila < 10 % dari luas lantai kamar tidur penderita TB Paru


a.  Meteran
b.  Lembar peng-amatan

a.   Memenuhi Syarat
b.   Tidak Memenuhi Syarat

4

Pencahayaan matahari

Cahaya matahari yang masuk ke kamar penderita TB Paru
a.     Memenuhi Syarat bila ada cahaya matahari masuk kamar tidur penderita
b.    Tidak Memenuhi Syarat bila ada cahaya matahari masuk kamar tidur penderita


 Lembar pengamat-an

a.     Memenuhi syarat
b.    Tidak memenuhi syarat
5
Kelembaban
Kondisi tingkat kelembaban di kamar tidur penderita TB paru
a.     Memenuhi bila kelembaban kamar tidur penderita TB paru antara 40% - 70%
b.    Tidak memenuhi Syarat bila kelembaban kamar tidur penderita TB Paru < 40 % dan >70 %

a.Hygrometer

b. Lembar pengamatan

6
Buang dahak
Perilaku cara penderita TB paru membuang dahak.
a.     Memenuhi Syarat apabila dahak dibuang pada tempatnya
b.    Tidak Memenuhi Syarat apabila dahak dibuang sembarangan

Lembar pengamat-an
a.     Memenuhi Syarat
b.    Tidak memenuhi syarat
7
Batuk
Perilaku penderita TB paru pada saat batuk
a.     Memenuhi Syarat apabila pada waktu batuk penderita menutup mulut
b.    Tidak memenuhi syarat apabila pada waktu batuk penderita tidak menutup mulutnya.

Lembar pengamat-an
a.     Memenuhi syarat
b.    Tidak memenuhi syarat
8
Teman Tidur sekamar atau yang mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru
Anggota keluarga yang tidur sekamar dengan penderita TB Paru
a.     Ada, apabila ada anggota keluarga  yang tidur  sekamar dengan penderita TB paru atau yang mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru
b.    Tidak ada, apabila tidak ada anggota kelurga yang tidur sekamar dengan penderita TB paru atau yang tidak mempunyai gejala gejala sebagai tersangka TB Paru
Lembar pengamat-an(chek list)
a.     Ada
b.    Tidak ada































BAB V
RENCANA PENYAJIAN DATA
Tabel 1

PROPORSI PENDERITA TB PARU BTA+  BERDASARKAN JENIS KELAMIN, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No
JENIS KELAMIN
JUMLAH
PROSENTASE (%)
1
LAKI-LAKI


2
PEREMPUAN




Tabel 2

PROPORSI PENDERITA TB PARU BTA+  BERDASARKAN GOLONGAN UMUR, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No
GOL UMUR
JUMLAH
PROSENTASE (%)
1



2





Tabel 3


PROPORSI PENDERITA TB PARU BTA+  BERDASARKAN WILAYAH RUKUN WARGA, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No
RUKUN WARGA
JUMLAH
PROSENTASE (%)
1



2




Tabel 4

PROPORSI PENDERITA TB PARU BTA+  TERTULAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

JENIS KELAMIN

TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
LAKI-LAKI




2
PEREMPUAN




Tabel 5

PROPORSI PENDERITA TB PARU BTA+  TERTULAR BERDASARKAN GOLONGAN UMUR, DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

GOL UMUR
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1





2







Tabel 6

PROPORSI  PENDERITA TB PARU BTA+  TERTULAR BERDASRKAN RUKUN WARGA DI KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

RUKUN WARGA
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1





2







Tabel 7

HUBUNGAN KONDISI VENTILASI DI KAMAR PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI  KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

KONDISI VENTILASI
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
TIDAK MEMENUHI SYARAT




2
MEMENUHI SYARAT






Tabel 8
HUBUNGAN KONDISI PENCAHAYAAN MATAHARI DI KAMAR PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI  KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

KONDISI PENCAHAYAAN MATAHARI
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
TIDAK MEMENUHI SYARAT




2
MEMENUHI SYARAT





Tabel 9

HUBUNGAN KONDISI KELEMBABAN DI KAMAR PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI  KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

KONDISI KELEMBABAN
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
TIDAK MEMENUHI SYARAT




2
MEMENUHI SYARAT





Tabel 10

HUBUNGAN PERILAKU BUANG DAHAK PENDERITA TB PARU BTA+ DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR  DI  KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013
No

PERILAKU BUANG DAHAK
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
TIDAK MEMENUHI SYARAT




2
MEMENUHI SYARAT




Tabel 11
HUBUNGAN PERILAKU BATUK  PENDERITA TB PARU BTA+DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI  KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

PERILAKU BATUK
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
TIDAK MEMENUHI SYARAT




2
MEMENUHI SYARAT





Tabel 12

HUBUNGAN PERILAKU  PENDERITA TB PARU BTA+  TIDUR SEKAMAR DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI  KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

No

PERILAKU TIDUR SEKAMAR
TERTULAR

TIDAK TERTULAR
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
ADA




2
TIDAK ADA

























Lampiran 1


Rencana Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan
Nopember
Desember
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1.  Pembuatan Proposal









2.  Seleksi Proposal









3.  Penjajagan lokasi









4.  Pelaksanaan pengamatan









5.  Pelaksanaan pengambilan sampel









6.  Pemeriksaan sampel









7.  Analisis data









8.  Pembuatan Laporan









9.  Seminar hasil









10.  Perbaikan Laporan









11.  Penyerahan Laporan Akhir









12.  Publikasi



























Lampiran 2
Rencana Anggaran
Ringkasan

SEKRETARIAT
Uraian
Satuan
Jumlah


Honor Peneliti
3 org x 8 jam x10 hari x Rp 27.500,-

Honor teknisi
6 org x 8 jam x 8 hari x Rp 15.000,-

Bahan:
Pot Sputum :
150 buah x Rp 3.000,-
Pengiriman sampel
45 org x Rp 100.000,-
Pemeriksaan Laboratorium
135 Sampel x Rp 25.000,-

Labelisasi :

Survey Pendahuluan
A.    Peneliti
1 Transport 3 org x 2 hr x 100.000
2.Akomodasi : 3 org X 2 hr X Rp 100.000

B. Teknisi
1 Transport 3 org x 2 hr x 75.000
2.Akomodasi : 3 org X 2 hr X Rp 100.000

Pelaksanaan Penelitian
A.    Peneliti
1 Transport 3 org x 5 hr x 100.000
2.Akomodasi : 3 org X 5 hr X Rp 100.000

B. Teknisi
1 Transport 3 org x 5 hr x 75.000
2.Akomodasi : 3 org X 5 hr X Rp 100.000

Akomodasi kader kesling
 5 org x 5 hari x Rp 50.000

Sovenir
45 org x Rp 50.000,-

Lain-lain
1. ATK dan Publikasi





Rp.6.600.000


Rp.2.880.000



Rp.   450.000

Rp 4.500.000

Rp 3.375.000.         

Rp.    100.000



Rp.    600.000
Rp.    600.000



Rp.    450.000
Rp.    600.000




Rp.. 1.500.000
Rp.  1.500.000



Rp. 1.125.000
Rp. 1.500.000



Rp   1.250.000 


Rp   2.250.000


Rp. 2.000.000




                    Total


Rp.31.405.000




Lampiran 3
LEMBAR PENGAMATAN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENDERITA TERTULAR DI  KELURAHAN CURUG, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK, 2013

I.      DATA UMUM
1.    Nama penderita : …………………………..       Umur    : ……tahun.
2.    Jenis kelamin              :  a. Laki-laki                b. Perempuan
3.    Pekerjaan                    : 
a.     PNS
b.    TNI
c.    Buruh kasar
d.    Wirausaha
e.    Swasta

4.    Alamat                         : Rt……/ RW……
           
II.    DATA KHUSUS
1.    Perilaku Batuk :
a.    Tidak menutup mulut
b.    Menutup mulut

2.    Perilaku buang dahak :
a.    Dibuang sembarangan
b.    Dibuang pada tempatnya

3.    Nama teman tidur sekamar                : …………………

4.    Nama kelurga yang mempunyai gejala batuk-batuk : ………………….
a.    Jenis Kelamin :
1.    Laki-laki
2.    Perempuan
b.    Umur               : ……….tahun.

III.   DATA LINGKUNGAN :
1.    Ukuran ventilasi kamar :
a.    10 % dari luas lantai.
b.    < 10 % dari luas lantai.

2.    Cahaya matahari        
a.    Masuk kedalam kamar tidur
b.    Tidak masuk kedalam kamar tidur

3.    Kelembaban kamar tidur
a.    40 – 70 %
b.    < 40 %
Depok,…………….2013
                                                                                                         Pengamat,
                                    ……………………………..
Nama terang (lengkap)




























DAFTAR PUSTAKA


1.    Dinas Kesehatan Kota Depok, Profil Kesehatan Kota Depok, 2010
2.    Nur Nasri Noor, Epidemiologi  Penyakit Menular, 2002
3.    Departemen Kesehatan RI, Prosedur Kerja Surveilans Faktor Risiko Penyakit Menular Dalam Intensifikasi Pemberantasan penyakit Menular Berbasis Wilayah, 2003
4.    Departemen Kesehatan R.I, Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya, Jakarta 1996
5.    Departemen Kesehatan RI, Prosedur Kerja Surveilans factor risiko  penyakit menular, 2003
6.    Kementerian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi, Profil Kesehatan 2011
7.    Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor 829/Menkes/SK/VII/1999, Persyaratan Kesehatan Perumahan, 1999.
8.    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan Tuberkulosis Indonesia.